Sebenarnya saya tidak bermaksud vulgar. Ada sedikit kesengajaan memang tapi tidak vulgar. Hari Minggu siang ini saya melanjutkan membaca buku Ketika Cinta Bertasbih di Taman Bacaan Kampoong di kampung Masjid.
Buku tersebut banyak berkisah tentang pemuda bernama Azzam yang hampir putus asa mendapatkan sebuah cinta pernikahan. Sudah hampir paruh baya tapi belum menikah.
Berbagai cara dilakukan. Mulai dari bertanya pada adiknya apakah memiliki kenalan seorang wanita muslim yang baik akhlak dan latar belakangnya. Hingga bertanya kepada tetangga dan bapak-bapak biasa mengikuti pengajian masjid.
Akhirnya wanita yang disukai dan hampir dinikahinya ada di depan mata. Wajahnya yang memerah dan menunduk malu teriring dengan senyum getar kebahagiaan.
Tak terkira belum resmi mereka menikah, sudah ada bayangan kebahagiaan dikepala dan hatinya. Di musim hujan ini, kala sang kekasih kedinginan, boleh lah aku sang pria ini hadir dihadapan mu. Sebuah usapan lembut dan peluk hangat akan ku berikan.
teng toooT !
suka citanya sepasang muda mudi. indahnya pacaran suami isteri.
Ketika bertatap mata, tidak lagi cantik bola matanya namun ibadah bagi keduanya.
Ketika saling bersedekap, tidak lagi hanya sekedar kehangatan namun kebahagiaan dan ibadah bagi keduanya.
maka nikmat Tuhan mu manakah yang kamu dustakan.
menikahlah kawan
menikahlah !
kasih sayang diantaramu adalah kebaikan dan ibadah kesyukuranmu atas nikmat Tuhan
selamat berkasih sayang wahai pasangan suami isteri