Terputusnya kekuatan ekonomi yang
diselingi oleh konflik kepemimpinan membuat Mesir mudah diserang dan dikalahkan
oleh Prancis (Napoleon). Mesir yang kalah membuat orang-orang Jazirah Arab
(Hijaz) berpikir ulang mengenai peran Turki bagi Umat Islam. Saya tidak tahu
bagaimana tapi begitulah pemikiran manusia. Ketika ada kesempatan pikiran
sederhana itu muncul, maka berkembang lah gagasan itu sebagai momen untuk
melepaskan diri dari Kesultanan Turki.
Hal ini terkait dengan pribadi bernama
Husein bin Ali yang memiliki gagasan ideal tentang kerajaan Arab. Pada masa ini kita
akan mengenal orang Inggris yang bernama Lawrence of Arabia. Seorang arkeolog
yang menyukai sejarah "Kastil-kastil pada masa Perang Salib". Lawrence direkrut oleh
militer Inggris sebagai bagian dari tugas intelijen. Lawrence dapat berbahasa
Arab. Dia tahu bagaimana budaya perilaku orang Arab. Bahkan dia dapat mengutip
beberapa ayat Al Qur’an.
Turki yang semakin melemah karena
kepemimpinan, keuangan dan stabilitas perbatasan menghadapi serangan dari
Eropa, menyebabkan Husein bin Ali dan Lawrence of Arabia melepaskan diri dari
Turki dan membentuk Kerajaan Arab sebagai bentuk dukungan dari Inggris atas
eksistensi Kerajaan Arab.
Nah, sampai disini rupanya
perjalanan cerita Arab menjadi lebih rumit dengan motivasi yang sederhana. Kaum
Wahabi muncul di masa abad 18 ini. Kaum Wahabi menyatakan bahwa Turki sudah
bukan bagian dari Islam lagi. Mereka mengatakan bahwa Turki tidak bermahzab,
gaya pakaiannya kebarat-baratan (asing) dan sebagainya. Sehingga Kaum Wahabi
menyerukan “kembali ke asal” dan menolak Turki.
Sebuah gerakan ideology kaum
Wahabi rupanya bergerak begitu kuat sehingga lahirlah konflik pertentangan di Makkah dan Madinah. Namun tidak
sampai disitu, seorang tokoh bernama Ibnu Su’ud bermain dibelakangnya. Sebuah motivasi
sederhana. Harta berlimpah. Emas hitam. Setelah Ibnu Su'ud berkuasa, kelompok Wahabi dikucilkan dari Arab.
Ya, emas hitam menjadi motivasi
dibalik berdirinya Kerajaan Arab Sa’udi. Sampai disini kemudian kita akan
mengenal ARAMCO (perusahaan Powerhouse kerajaan Arab).
Eits… bagaimana dengan Turki ?
ceritanya berlanjut dua minggu lagi ya.
---
cerita ini adalah subjektivitas romantisme saya. mohon tidak dijadikan alasan untuk mensubersifkan saya. silahkan Anda kaji sejarah dari bentuk yang lebih objektif. Saya akan dengan senang hati mendengar cerita-cerita lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar