Review Kajian Sejarah Islam Kemunduran dan Reformasi Kesultanan
Turki abad ke-18
Sahabat, hari ini saya mengikuti kegiatan kajian studi
sejarah islam. Tema utama pertemuan hari yang hanya berdurasi 2 jam mengenai
kemunduran dan reformasi kesultanan Turki abad ke-18. Sebenarnya saya kurang
mengetahui mengenai sejarah Kesultanan Turki dan kaitannya dengan ke Khalifahan
Islam. Kasihanilah saya….Rupanya setelah ini saya tahu mengenai Harem dan cerita mengerikan dibaliknya. ...
Bicara Turki, maka panjang ceritanya. Kata guru saya, 700
tahun sejarah. Namun hal yang lebih membuat masyarakat Islam ataupun di Eropa patut
menjadi bahan refleksi bersama adalah bagaimana Turki memberikan andil yang
sangat besar bagi perkembangan dunia sekarang ini. Baik dan buruknya.
Turki sebagai ke Khalifahan Islam digerakkan oleh sebuah
sistem kesultanan. Perluasan wilayah Islam dimasa ini semakin meluas daripada
masa zaman Rasul Muhammad SAW, Khalifaur Rasyidin, dan Khalifah sesudahnya
(Usmani dan Abbasiyah). Jazirah Arab. Jauh ke Timur ada Bagdad, hingga
perbatasan India. Jauh ke Barat, melalui Mesir hingga ke Al Jazair dan Maroko.
Masa Terang Benderang masyarakat Muslim yang menerangi Dark
Age masyarakat Eropa membawa mereka pada Masa Rennaissance. Masa terang
benderang ini didukung oleh dukungan Sultan pada kelompok pemikir. Para ilmuan
Islam ketika itu membuat perkembangan ilmu pengetahuan pada tempat yang tidak
pernah dibayangkan oleh masyarakat Eropa. Hingga Kesultanan “melepaskan” elit
pemikir yang berada di daratan eropa di tempat yang lebih mendukung (seperti pemerintahan
Spanyol-Andalusia). Hingga lahirlah gerakan pertentangan kelompok Gereja dan
Pemikir Pengetahuan dalam masa-masa Renaissance di Eropa.
Saat ini saya tidak bisa menceritakan bagaimana detil
kronologisnya. Apa yang saya ceritakan disini adalah garis besar kaji ulang
saya pribadi dari apa yang saya dengar dari kelas informal hari ini. Hal yang
sangat disayangkan adalah pertemuan hari ini adalah pertemuan kedua. Itu berarti
sudah banyak cerita yang tidak saya tahu sebelumnya. Namun kurang lebih sebagai
berikut :
Turki ketika masa Sultan Sulaiman I mengenal yang namanya Harem. Harem disini biasanya dibahasakan
sebagai selir atau istri-istri pendamping Sultan. Padahal kata harem ini merupakan istilah untuk
kelompok orang-orang yang disucikan, dijaga kehormatannya, dan tidak sembarang
orang boleh berinteraksi. Harem di masa Sultan Sulaiman adalah wanita-wanita
yang dijaga kehormatannya. Nah, karena bentuk penghormatan dan pensuciannya, di
istna diberikan tempat khusus bagi orang-orang yang termasuk harem ini. Kebetulan saya membaca
sedikit mengenai hal ini. Teman, kamu bisa membaca buku sejarah yang lebih
objektif mengenai ini.
Sultan Sulaiman memiliki istri-istri. Saya kurang tahu
berapa. Salah satu istrinya itu yang menjadi permaisuri (first lady) adalah
bukan orang Turki, Roxalane (Rosalana). Justru Sultan Sulaiman mengambil
Permaisuri dari orang asing (wilayah Rusia sekarang). Karena momen inilah timbul kecemburuan dari
istri-istri lain Sultan yang berasal dari daratan Turki sendiri. Dari sinilah
bermula Politik Harem.
Nah, dari sini kamu bisa bayangkan bagaimana film drama
kerajaan Korea yang sudah tayang di televisi kita. Antara tahta, kuasa,
kecemburuan hingga intrik politik antar kelompok tertentu (faksi) demi
memenangkan calon penguasa berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar