Jumat, 5 November 2010, 15:04
Apakah terlalu berlebihan bila aku berucap menyanjung dan mensucikan nama-MU Ya Robbana selepas menonton sebuah film? Dua jam aku menonton film. Nonstop. Terpaku. Sendiri.
Kegelapan kamar tidak membutakan penglihatan ku. Namun aku lihat kegelapan dalam mata seorang Thomas. Thomas Ben namanya. Ya Robbana, sungguh ajaib engkau memberikan manusia insting, nafsu dan akal.
Thomas Ben menunjukkan seperti apa dirinya. Pria yang baik. Cerdas. Dia juga kaya. Namun dia juga menunjukkan bagaimana kesyukuran itu bisa berarti suatu penyesalan yang dalam.
Durasi 1:43:53, Thomas ucapkan salam di dini hari kepada sahabatnya, Dan.
”Dan, it’s the time. ....I love you.”
Ya, Robbana… aku masih sibuk dengan tulisan ini padahal panggilan-MU telah lewat 15 menit. Sungguh lalainya aku. Namun aku harus tetap menuliskan ini. Hamba-Mu yang dhoif ini sungguh ingin bisa menulis lagi.
Thomas Ben, aku bersyukur dapat bertemu dengannya. Aku bersyukur Engkau mempertemukan hamba dengannya. Thomas yang baik. Dia berbagi dirinya dengan orang lain yang membutuhkan. Dia berbagi jiwanya kepada orang lain. Sungguh tidak ada yang berkurang dalam dirinya dalam berbagi kecuali...ginjal yang terambil, sumsum tulang belakang yang tersedot, ..., mata dan jantungnya. Ya, Robbana...sungguhkah kematiannya tidak akan Engkau terima? ... Hamba mohon ampun atas kelancangan ini, Ya Robb.
...., Thomas Ben,...
Ya Alloh, Robbana... Ampuni hamba. Thomas, dia mati dengan kesakitan. Mati dalam dingin. Dingin pada kesalahan dan penyesalan.
...
Subhanallah, Maha Suci Alloh (SWT), ... sungguh manusia engkau berikan banyak kelebihan dibanding ciptaan-MU yang lain. Malaikat Mu penuh dengan cahaya ketaatan. Sungguh tidak akan dia berkhianat pada-Mu meski hanya suatu niat ataupun kemauan berbuat. Iblis Mu penuh dengan ketinggian hati dan hak untuk bisa memilih kebaikan mu.
Bagaimana mahluk fana seperti tumbuhan, hewan, serta mahluk bersel satu bahkan yang tidak memiliki sel ? Mereka engkau berikan insting. Insting yang tidak ada pilihan bagi mereka hingga sel-sel ataupun kehidupan yang ada dalam tubuh mereka ”bergerak begitu saja”.
Sungguh Pujian, Alhamdulillah tidak akan cukup untuk nikmat yang hamba dapatkan sampai dengan detik-detik ini. Hamba manusia, sama seperti Thomas Ben. Sama seperti manusia yang lain. Engkau berikan manusia keajaiban akal dan perasaan sebagai pelengkap insting dan nafsu.
Sungguh Ya Robb, akan kah hamba bisa sekuat Thomas Ben dalam mensyukuri ke-istimewaanya sebagai seorang manusia? Bisakah hamba berbagi selayaknya Thomas Ben berbagi ? 7Pound.